Halaman

Senin, 16 April 2012

KIM SOO HYUN



Berikut ini adalah profil Kim Soo Hyun, Pemeran Utama The Moon Embraces The Sun. The Moon Embraces The Sun sendiri adalah film drama yang saat ini banyak digandrungi para remaja indonesia. Nah, Kim Soo Hyun terpilih menjadi pemeran utama dalam film drama berjudul The Moon Embraces The Sun.
Kim Soo Hyun lahir pada tanggal 16 Februari 1988 (sekarang berusia 24 tahun).
Perkenalannya di dunia entertainment diawali saat berperan di Kimchi Cheese Smile tahun 2007. Kim Soo Hyun mengaku terbilang nakal di rumah. Yang menarik, saat SMA dia pernah bekerja paruh waktu di sebuah restoran fastfood.
Itu saja profil singkat Kim Soo Hyun.

Minggu, 08 April 2012

Jika Ingin Memiliki Otak yang Cerdas Hindari "STRES"

Stres merupakan keadaan kita merasa sangat penat, terbebani, dan perasaan tidak karuan. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa pun bisa mengalami stres.
Sesekali Qta bisa saja merasa kesulitan menyerap informasi yang terus-menerus Qta terima. Namun pernahkah Qta merasa bahwa kepandaian Qta semakin berkurang setiap waktu? Jika iya, cobalah untuk menengok kembali beberapa hal yang mungkin bisa berakibat buruk pada ketajaman otak. Biasanya pengurangan kemampuan kognitif otak akan semakin menurun seiring dengan penuaan otak, yang ditandai dengan penuaan tubuh karena usia.
Selain faktor usia, ada hal lain yang memungkinkan percepatan penurunan daya kognitif seseorang. Salah satunya stres, yang merupakan faktor pemicu terbesar dan paling sering terjadi. "Stres dialami oleh banyak orang di seluruh dunia, dan sebagian besar disebabkan oleh kejadian sehari-hari 
Stres berat bisa memengaruhi kemampuan berpikir seseorang, dan mengganggu kerja sistem saraf di otak, sehingga lama-kelamaan saraf otak menjadi lemah dan mengalami "penuaan dini". Selain itu, stres juga akan berpengaruh pada pematangan neuron (sel saraf) pada otak. Stres berat dan berkepanjangan akan menghambat pematangan sel saraf di otak, sehingga akan membuat "jembatan" saraf tidak terbentuk sempurna.
Selain itu stres juga akan merusak memori dan motivasi seseorang. Serangan tingkat stres yang tinggi akan membuat seseorang tidak fokus, sehingga mudah lupa akan berbagai hal, atau pikun sebagian. Tak hanya itu, stres juga akan merusak motivasi dan keinginan seseorang untuk bisa mengeksplorasi lebih jauh dan memengaruhi rasa ingin tahunya. Saat stres, orang akan lebih malas untuk belajar, bahkan malas untuk melakukan sesuatu.
"Dengan tidak adanya motivasi untuk belajar dan ingin tahu berbagai hal, daya ingat dan kemampuan berpikir seseorang akan berkurang, sehingga kepandaiannya pun berkurang karena tak diasah," 
Stres akan mempengaruhi psikologi seseorang dan berdampak pada kesulitan tidur. Kurang tidur akan membuat orang menjadi lebih mudah pikun. Stres akan mempengaruhi kesehatan otak dan kemampuan otak, karena saat stres neuron akan banyak yang mati, menghambat pembentukan sel saraf baru (neurogenesis), sampai menghambat terbentuknya serotonin yang berfungsi untuk membentuk perasaan nyaman dan tenang dalam diri seseorang.
"Maka, untuk tetap memiliki otak yang cerdas, ingatan yang tajam, maka sebaiknya hindari serangan STRES"

Gejala yang sering ditunjukan saat seseorang stres yaitu:
1. Susah Tidur
2. Konsentrasi Berkurang
3. Berpikir Negatif
4. Nyeri KepaLa
5. Gairah BerkuraNg 

Jumat, 06 April 2012

Cinta Istimewa Untuk Orang Yang Luar Biasa

Bai Fang Li. Seorang yang istimewa. Istimewa bukan karena dudukan dan harta, istimewa bukan karena kemewahan dan jabatannya. Namun istimewa karena apa yang ada di hatinya, yaitu kedermawanan.
Tentu kita kenal dengan rajanya Microsoft, Bill Gates yang mendermakan jutaan dolar, kita barangkali menganggap hal hebat yang biasa saja. Namun saat kita diperlihatkan kedermawanan dari orang yang dalam kesusahan, itu adalah hal yang tentunya mengetuk hati kita. Berikut adalah  cerita tentang Bai Fang Li.
BAI FANG LI adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.
Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.
Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.
Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat di mana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.
Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil di mana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah di mana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Di pojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong.Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.
Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.
Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.
Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.
Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya….” jawab anak itu.
Orang tuamu di mana…?” tanya Bai Fang Li.
Saya tidak tahu…., ayah ibu saya pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil…” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.
Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.
Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.
Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus… gumannya senang.
Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.
Bai Fang Li berkata, “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan……” katanya dengan sendu.  Semua guru di sekolah itu menangis……..
Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (setara 470  juta rupiah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.
Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan ” Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa”.